Malam ini adalah malam minggu. 

Aku duduk di ruang tamu kos dan menghadap lurus ke arah layar televisi, yang sedang menakut-nakuti pemirsa dengan film bertema Halloween. Tentu saja, malam ini memang malam halloween :x ! 


Remote tv di tangan kanan dan hape di tangan kiri. N70 hitam music edition-ku berbunyi sesekali, tanda ada pesan masuk. Kubaca dan kubalas sambil lalu, malas karena sudah kuterka apa isinya. Inilah yang tampak di layarnya yang kusam... 
Lagu bagus judulnya Pelangi dan Matahari, dinyanyikan oleh grup band BIP. BIP itu singatan dari Bongky, Indra, dan Pay! Ya, Pay yang itu, suami Dewiq peyanyi "eh eh kok gitu sih, loh kok marah" itu. Mereka dipecat dari SLANK oleh Bimbim, dan mengibarkan bendera (perang?) BIP. Dan seperti biasa, aku punya kenangan khusus saat perkenalan dengan lagu ini :$
Abdurrahman Wahid (Gus Dur) tak hanya dikenal sebagai Presiden Indonesia keempat. Dia juga dikenal sebagai kolomnis dan kiyai yang kontroversial. Cintanya pada Indonesia, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ikka luarbiasa. Itu alasan beliau dijuluki "Bapak Bangsa". Indonesia kehilanganmu, Gus! Dan sekarang saya akan menceritakan satu sisi menarik dari seorang Gus Dur...

Pernyataan-pernyataan yang beliau lontarkan selalu menuai pro dan kontra. Namun, di balik itu, ucapan Gus Dur seringkali membuat banyak orang sadar. Pernyataan-pernyataan Gus Dur memancing orang untuk ikut berpikir dan merenung. Asalkan kita tidak fanatik, dan mau terbuka pada kritik, Gus Dur selalu mengajari kita  melalui pernyataannya.

Sekalipun pandangan matanya terganggu, Gus Dur dikenal sebagai humoris. Orang yang banyak humor. Saat berbicara, dia selalu menyelipkan joke, cerita lucu, yang membuat pendengarnya tertawa. Bahkan, joke-jokenya itu disukai oleh banyak tokoh dunia.

Ini salah satunya...
* * *

Saat itu Fidel Castro mendatangi hotel tempat Gus Dur dan rombongannya menginap selama di Kuba. Dan mereka pun terlibat pembicaraan hangat, menjurus serius. Agar pembicaraan tidak terlalu membosankan, Gus Dur pun mengeluarkan jurus andalannya, yaitu guyonan.

Beliau bercerita pada pemimpin Kuba, Fidel Castro, bahwa ada 3 orang tahanan yang berada dalam satu sel. Para tahanan itu saling memberitahu bagaimana mereka bisa sampai ditahan di situ. Tahanan pertama bercerita,“Saya dipenjara karena saya anti dengan Che Guevara.”
Seperti diketahui Che Guevara memimpin perjuangan kaum sosialis di Kuba.

Tahanan kedua berkata geram,
“Oh kalau saya dipenjara karena saya pengikut Che Guevara!” Lalu mereka berdua terlibat perang mulut.

Tapi mendadak mereka teringat tahanan ketiga yang belum ditanya. “Kalau kamu kenapa sampai dipenjara di sini?” tanya mereka berdua kepada tahanan ketiga.

Lalu tahanan ketiga itu menjawab dengan berat hati, “Karena saya Che Guevara.”
Castro, Gusdur, dan Che

Fidel Castro pun tertawa tergelak-gelak mendengar guyonan Gus Dur tersebut.
(edited from vivanews)
Sebelum pembaca sekalian membaca tulisan ini, ada baiknya agar box youtube video klip lagu dibawah ini anda pause dulu, dan di play nanti kalau sudah penuh. Lagu ini terlalu bagus, terlalu pure, terlalu orisinil, -terlalu sayang- jika anda dengarkan putus-putus tersendat gara-gara koneksi lambat.

Ada apa dengan lagu ini? Apa istimewanya?
Baik, ini pengalaman pribadi dewa cakrabuana yang sangat personal dan mistis. Nyata... dan ceritanya panjang...
Mahatma Gadhi! What a name! Sebuah nama yang menginspirasi banyak orang dengan kedamaian yang ia bawa. Sukarno, Reagen, Suharto, dan berbagai tokoh dunia seringkali mengutip kata-kata Gandhi

Bahkan kartun (favorit saya) Avatar, The Legend of Aang, juga mengutip sosoknya, entah sengaja atau tidak,.sosok kepala gundul, senyum tenang, bijak, cawat putih khas India, badan kurus bagai pertapa ini tidak mengingatkan saya pada orang lain, -selain Mahatma Gandhi-


Gandhi tidak pernah menerima Penghargaan Nobel, meski dia dinominasikan lima kali antara 1937 dan 1948 untuk Nobel perdamaian. Beberapa dekade kemudian, ini disesali  oleh pihak Komite Nobel. Pada tahun 1989, ketika Dalai Lama dianugerahi Penghargaan Nobel, ketua umum Komite mengatakan bahwa ini merupakan “sebuah bentuk mengenang Mahatma Gandhi.

Banyak yang mengira, Gandhi adalah misionaris Hindu. Itu salah besar (lagipula Hindu memang tidak mengenal istilah misionaris). Beliau seorang humanis, pecinta manusia tanpa membedakan apapun. Tidak percaya? Mungkin fakta ini akan membuat anda percaya. Pada 30 Januari 1948, Gandhi dibunuh seorang lelaki Hindu yang marah kepada Gandhi karena ia dianggap terlalu memihak kepada Muslim. Kala itu, saat penduduk Pakistan yang masih bagian India ingin memisahkan diri, Gandhi lah yang melindungi dan begitu peduli pada mereka.
Mungkinkah orang seperti ini dibenci kaum muslim Pakistan? Tentu tidak. Masyarakat Pakistan sangat menyayangi sosok Gandhi.

Berikut ini, saya kutipkan beberapa kata-kata Mahatma Gandhi yang abadi hingga kini... mudah-mudahan bisa menginspirasi anda!
  • Manusia menjadi besar tergantung kepada seberapa besar dia bekerja demi kemakmuran sesama manusia
  • Percaya kepada sesuatu, tetapi tidak berbuat sesuai dengan kepercayaan tersebut, adalah suatu ketidakjujuran.
  • Intoleransi adalah sebuah bentuk kekerasan dan penghalang terhadap tumbuhnya semangat yang benar-benar demokratis
  • Perbedaan antara apa yang kita lakukan dengan apa yang mampu kita lakukan sudah cukup untuk menyelesaikan sebagian besar masalah2 dunia.
  • Langkah pertama untuk mengendalikan diri adalah mengendalikan pikiran
  • Saya keberatan terhadap kekerasan karena ketika dia terlihat sedang berbuat untuk kebaikan, kebaikan itu hanya temporer, kerusakan yang ditimbulkannya permanen.
  • Keberanian, ketabahan, ketidaktakutan dan di atas segalanya pengorbanan diri adalah sifat-sifat yang diharapkan dari pemimpin-pemimpin kita.
  • Kekuatan tidak datang dari kemampuan fisik. Tetapi dari kemauan yang keras.
  • Mari kita berani mati sebagaimana matinya seorang syuhada, tetapi jangan ada yang bernafsu untuk menjadi syuhada.(mungkin ini akan sangat berguna bagi kaum militan dari golongan mana pun! )
  • Kebahagiaan adalah apabila apa yang anda pikirkan, apa yang anda katakana, dan apa yang anda lakukan berjalan selaras
  • Agama seseorang adalah urusan antara dia dengan penciptanya, dan bukan dengan orang lain.(sangat setuju! Saat ini, banyak kelompok yang merasa menjadi "Polisi Tuhan", berhak menghakimi orang lain, seolah dirinya perpanjangan tangan Tuhan sendiri)
  • Saya ingin kebudayaan semua negeri berhembus sebebas mungkin di rumah saya. Tetapi saya tidak mau dihembus dari tempat berpijak saya oleh siapa pun.
  • Kemenangan yang diperoleh dengan kekerasan cenderung akan mengalami kekalahan, karena sifatnya sementara.

Bagaimana menurut anda, sosok maupun pemikiran beliau?
Semoga bermanfaat. 😊
Sekilas, judul di atas menyiratkan seolah ada benda keramat bersejarah berwujud "Gitar Merah Darah", tapi -sayangnya- itu persepsi salah yang ngaco, dikibuli judul beraroma mistis...


Saat itu, tahun 2004 di sudut barat Bali, Kabupaten Jembrana. Sore yang berangin itu sangat pas untuk latihan Pramuka. Terdengar tidak nyambung, memang, tapi benar.

Sore itu, SMP 1 Negara, Sekolah Standar Nasional, sekaligus Pemenang Lomba Wawasan Wiyata Mandala se-Bali (sombong sekali..) ini baru saja usai melakukan latihan Pramuka. Murid-murid pun berhamburan keluar gerbang sekolah yang sudah lama tidak di cat ulang itu.

Dua anak tengah berjalan pulang, beriringan di atas trotoar. Tak sengaja mereka melewati sebuah toko musik yang sepi. Ini toko baru, lokasinya tepat di samping sekolah kedua anak itu. Dimer Music nama tokonya -kalau tidak salah...- dan, tiba-tiba saja, mereka berdua histeris!!!!


penyebab histeria itu

"Mimih, gagah gati gitar to, Wo!!!!" seru anak yang lebih besar, Gus Anggara namanya, tapi kala itu ia lebih suka dipanggil Agoes (dan kini ia lebih memilih dipanggil "Jebret").
(kalimat di atas dalam bahasa bali, yang artinya: wow keren sekali gitar itu, Wo!!!). Matanya berbinar-binar, seolah inilah benda pertama yang membuatnya terpesona.

Dan, mereka pun memberanikan diri masuk ke dalam sana. Masuk ke toko musik! Bukan main elitnya! Bayangkan, mereka cuma anak SMP di tengah kota kecil sederhana, yang uang saku hariannya dijatah, sehingga hanya cukup untuk membeli semangkuk soto di kantin Bu Sudi yang banting harga. Dan sekarang, mereka masuk ke toko musik. How elite was that? Membanggakan!

"Permisi, Bli....",

"Iya ada apa???", sahut si penjaga. Malas-malasan saja. Mungkin pikirannya berkata: dua anak dekil ini tidak mungkin mampu membeli alat musik. Tipe anak yang membeli baju distro saja hanya di saat menjelang hari raya Galungan, (dan itu sedikit benar!)

"errr.... tokonya baru ya, Bli?", tanya anak yang lebih kecil. Sedikit gagap.
Si penjaga melirik malas, "ho.. oh.."

slash & Les Paul
Si kecil yang ternyata bernama Dewo itu bertanya lagi, "Gitar ini, yang kayak punyanya Slash Gun n Roses ini dijual?" Hmm... Sebuah pertanyaan bodoh, sebenarnya. Tentu saja dijual, idiot! Ini jelas-jelas toko musik!!! Bukan museum patung lilin!

"Itu... gitar bekas...", sahut si penjaga. Mulai nyambung rupanya. "Wah tahu Slash ya! Bener. Itu dah mirip gitar Slash, Les Paul! Bagus barangnya tuh".

"Oh...", kata Agoes, "berapaan harganya, Bli?"

Si penjaga memandangi mereka, satu-satu. "Hmm... satu juta dua ratus... dapat kabel orisinil..."

Fyuh... Satu juta dua ratus ribu rupiah di tahun 2004?
* * *


Masalahnya adalah: tidak ada masalah. Dewo, si anak yang lebih kecil itu, baru saja memperoleh uang hadiah suatu perlombaan matematika propinsi 800 ribu. Ditambah lagi dana-dana lain, seperti hasil memalak ibu-ibu pedagang yang lewat (just kidding, Dewo anak yang baik). Uang ada, pas malah! Gitar merah cantik itu bisa langsung saja disambarnya pulang dalam satu kedipan mata!

Uang sudah ada...
Namun mengapa dia masih bingung?

Hmm.... selidik punya selidik, mungkin ini yang namanya syndrome orang miskin!


Pernah dengar?
Penyakit ini muncul saat kita akan mengeluarkan uang dalam jumlah besar, jadi merasa sayang sendiri. Kasihan sekali. Untungnya ada teman yang memanas-manasi. Agoes, si anak yang lebih besar, dengan sarkastis mereview kembali kebodohan Dewo dalam mengurusi uang. Seperti:
  1. Membeli sepatu roda (yang disembunyikan di ruang OSIS karena takut dibawa pulang) padahal sama sekali tidak bisa memakainya, hanya terpengaruh tokoh Milo di majalah Bobo untuk gaya-gayaan; 
  2. Hampir membeli Nokia 3310, hape sejuta ummat, karena gengsi punya gebetan adik kelas namun tak punya hape (sementara gebetannya ber-hape kamera), Bahkan mereka sudah berjalan kaki keliling Kota Negara meliha-lihat konter hape.
  3. dan selusin kebodohan lain.
"Beli tu gitar sekarang, atau uang itu akan lenyap, tak berbekas..." kata Agoes terakhir kali, speechless melihat sang teman kena syndrome orang miskin.


"Baiklah," kata Dewo. Kali ini suaranya BULAT!!!
"Persetan dengan sindrom miskin celaka!"
* * *

Singkat kata, singkat cerita, gitar itu pun dimiliki Dewo, setelah pergi dibeli bersama ayahnya. Bagaimana respon sang ayah melihat sang anak, dengan begitu mudahnya mengucurkan uang 1,2 juta?

Sumringah!
Ayah Dewo malah ikut mencoba beberapa gitar di toko itu.
Untuk ukuran ayah yang mengukir tembok rumah dengan logo lidah mewe Rolling Stones, yang membelikan anaknya poster Gun N Roses di usia kelas 5 SD padahal membaca Bobo saja dilarang, kini melihat anaknya membeli gitar listrik dengan uang sendiri, bagaimana ia bisa tidak senang? Ia adalah ayah paling rock n roll, sedunia!

on stage with the red

Begitulah.
Sejarah kelahiran gitar merah, yang kelak menyandang nama Angelica, Angie, dan lain sebagainya. Tapi itu tidak penting. Apalah arti sebuah nama... Yang penting, gitar merah darah yang beratnya bukan main itu, menemani Dewo dalam saat paling senang, sampai saat paling buruk.

Oya, kawan! Banyak gitaris mengatakan, gitar mereka lebih memahami dan mengerti dibandingkan pacar atau istri sekalipun! 

Percayalah
...saat itu mereka sedang berkata jujur.



(this is true story of my damn life)
"Tahukah kalian anak-anak, dimana letak Bali itu?" 
"Tauuuu Buuuu....!!!" begitu jawabannya pasti, seperti koor anak sekolah dasar! Tahukah teman-taman bahwa ada tempat bernama Jembrana di dalamnya? Nah para anak SD kini terdiam. Seorang nyletuk, "kabupaten di Jawa Timur ya Bu?". Bukan, geblek! Itu Jember, bukan Jemberana! Aku (merasa) paham betul akan Jembrana ini, karena dari sekian miliar lokasi di planet ibu pertiwi bumi ini, Jembranalah yang aku sebut rumah... :$.
Apa teman-teman tahu, koran Balipost kini tersedia gratis di internet? Kalau belum tahu, syukurlah kamu membuka halaman ini. Kini, jauh dari Bali tetap bisa baca Balipost. Gratis lagi....


Nah, dimana saya bisa melihatnya?
Klik saja epaper.balipost.com, kawan! Langsung menuju halamannya!

Isinya sama nggak dengan Balipost di Bali?
Sama persis! BaliPost digital yang saya akses selama ini selalu
up to date dan sesuai kalender.

Apa saja yang dibutuhkan?
Browser saja, mau Mozilla, Chrome, Safari, semua mau. Tapi saya 
rekomendasikan Mozzila (apalagi versi terbaru). Bali Post Digital ini loading-nya lebih cepat di Mozzila dibanding Chrome sekalipun.



tampilan Balipost digital, bisa dibalik-balik

Apa pdf itu di-download? Malas saya download. Berat, internet saya lelet.
Tidak perlu seperti buka file pdf dengan adobe reader! Kamu akan disuguhi tampilan menawan seperti koran yang berlembar-lembar. Benar-benar menyenangkan!


Nah, selamat membaca dan semoga bermanfaat!
(saya selalu update berita bali, dari balipost digital ini :)
Ada kalanya orang ingin menulis. Menulis apa saja! Bahkan kalau aku ingat, salah satu hal favoritku di bangku SD adalah: MENGARANG! Bukan karena aku pandai dalam hal ini, bukan juga karena bakat yang jelas-jelas nihil :D. Saat menulis karangan anak SD itu, pikiranku bisa bebas melayang-layang! Semacam layangan putus lah, terserah angin meniup-niup si layangan kemana.