Ada secarik kertas bertuliskan spidol warna-warni yang menempel di tembok kamar kost ku...
Kertas kenangan, berisi coretan kesan teman-teman sesama penghuni kelas 2A.

"Pelawak, jago main gitar, jambul..."
"Konyol abisss...!!!"
"Dewa orangnya pinter ngelucu... seneng deh selalu...."
...
hmmm....
seneng deh selalu?

Terima kasih teman sekelas, :) 
I hope so...
but I don't!

Sejak dulu, aku lebih suka menyendiri. Kalau pergi pun ku lebih suka tidak ditemani, sejak dulu.

Masa SMA sering kuhabiskan dengan memandangi musik. Ya, bagian "memandangi musik" itu bukan salah ketik, memang benar-benar memandangi. Sambil musik mengalir di speaker Simbadda, ku pandangi visualisation yang mengawang di layar Windows Media Player. Visualisation itu semacam gerakan abstrak di layar saat memutar lagu melalui WMP.

Memandangi gerakannya yang aneh!

Gerakannya abstrak, selalu berubah namun mengalir mengikuti irama musik. Itu bisa membuatku hanyut, tertarik sejenak dari realita. Tenggelam bersama musik yang terdengar oleh telinga, tenggelam pada visualisation Windows Media Player yang seperti menghipnotis.

Dan aku memang terhipnotis!

Aku pun menjadi orang murung, yang wajahnya selalu kelihatan memikirkan sesuatu yang menyedihkan. Itulah wajah asliku, wajah yang muncul saat aku menikmati kesendirian. Sayangnya wajah itu selalu hilang, berganti topeng ceria saat berhadapan dengan orang lain. Topeng, sekali lagi: itu hanya topeng!

Bukan, aku bukan orang ceria!
Bukan berarti juga kalau aku butuh dunia memperhatikannku saat aku diam dan murung...

Aku hanya orang yang suka kesendirian, untuk hanyut dalam musik dan lari dari dunia yang menjemukan ini...


dan lagu ini punya kekuatan itu... punya kekuatan visualisation Windows Media Player jaman SMA ku. Kekuatan untuk membuatku terpaku, dan kehilangan kesadaran selama memandanginya.

Musiknya mengalir, suara vokal mengiris, melody gitar menusuk, dan video klipnya menarikku ke mimpi tergelapku. Aku tau, video ini tak nyambung dengan makna lagunya. Hellyeah, bahkan ku tak paham lagunya. Ini kan bahasa Jepang!

Tapi itulah musik, universal, menembus batas bahasa dan warna kulit.

ah....

aku rindu!
aku rindu diriku yang dulu, manusia yang mencintai musik,,, sepenuh hati. Entah dimana dia sekarang!

Hmm...
Bukan hal yang luarbiasa, kan?
Everybody need time on their own sometimes... and I just need it now.

JRX, drummer Superman is Dead, aktifis kemanusiaan, sekaligus owner Twice Bar (tempat ziarah tiap anak punk bila berkunjung ke Bali) itu pernah membuat sebuah notes facebook. Apa isinya? Isinya tentang sepuluh lagu yang paling menginspirasi hidupnya.

Nah, lagu ini, When the Angels Sing termasuk di notes itu.

And here we go...

Hari itu masih pagi!

Sebagaimana pasar umumnya, di mana para pedagang baru membuka kios dan menata dagangan secantik mungkin. Seorang ibu yang kelihatannya sudah usai membuka kios kini duduk, lelah. 

Ibu ini sedang hamil delapan bulan. "Masih sebulan lebih sepuluh hari," begitu mungkin batinnya sehingga tetap berdagang di hari itu, lagi pula perutnya tidak terlalu menggelembung. Di sekitarnya ada ratusan pedagang pasar sederhana Kota Negara, Jembrana yang melaksanakan rutinitas pagi mereka. Yah, another day di sebuah pasar yang bisa terjadi di mana saja.

Tapi ternyata itu bukan hari biasa!

Ibu itu merasa ada yang mengalir dari rahimnya, semacam cairan. Dia sedikit penasaran dan khawatir. "Ada apa ini?!" Ia lalu bergegas pergi ke kios jual emas saudaranya satu-satunya yang masih hidup, yang letaknya sekitar 500 meter di barat dengan niat menanyakan fenomena mengalir ini.

Sampai di sana, saudara si ibu, sebut saja ia si Emak Dagang Emas (EDS) sedang melayani pembeli. Ibu itu langsung bertanya,

"Mbok, ini kok ada air mengalir ya? Dari rahim deh rasanya."
Si pembeli menoleh sebentar, "oh, itu namanya air ketuban, Bu!"
"Ooh, air ketuban ya! Saya kira air apa (air apa lagi memangnya?!). Kok bisa begini ya, Bu?"

Si pembeli menoleh lagi sekilas, "kalau air ketubannya habis, nanti bayinya bisa meninggal, loh" sahut ibu itu, sambil asik memilih perhiasan di rak kaca.

Santai sekali rupanya si pembeli. Gawat sedikit donk! Ini kan masalah hidup matinya si cambang bayi, jadi seharusnya ibu itu bertingkah sedikit heboh, misalnya menjerit atau histeris.

Singkat cerita, akhirnya ibu itu segera dilarikan ke UGD dan di operasi caesar agar si bayi tidak keburu mati tercekik dalam perut. Bayi selamat, ibunya selamat, dan ibu-ibu belanja itu hilang begitu saja… Padahal si ibu hamil yang nyaris meninggal ini ingin mengiriminya bunga sebagai ungkapan terima kasih.
*  *  *

Nah…
Cerita diatas itu nonfiksi, alias benar-benar terjadi!

Ibu pedagang hamil yang lugu itu ibuku, dagang emas itu memang saudaranya, dan bayi yang selamat last minutes sebelum mati tercekik karena kehabisan air ketuban itu AKU!

Ya, itu adalah cerita bagaimana aku dilahirkan dan ini terjadi 21 tahun yang lalu di Pasar Umum Kota Negara, hari rabu, budha umanis dukut, jam sepuluh pagi. Karena prematur, berat badanku minim, "hanya sebesar botol teh sosro dan berwarna merah,"  kata ayah (dan dia bersumpah ini bukan mengada-ada)

Hmm… makhluk prematur, berat dibawah standar tapi berwarna merah menyala, aku memperkirakan diriku kala itu seperti Hell Boy, tapi dalam versi ceking.
sebesar sosro, semerah hellboy

Dua satu…
tak terbayangkan aku sudah setua itu!

Tahukah kamu, bagi orang Australia perayaan di umur ini lebih meriah daripada perayaan 17 tahun karena di usia 21 inilah manusia memasuki fase penting dalam hidupnya: meninggalkan gemerlap dan huru-hara usia belasan. Ingat bagaimana hingar bingar masa sekolahan dan kuliahan, pasti berwarna sekali.

Bagaimana dengan 21 ke atas?
Hmm… 

Di usia ini akan ada acara wisuda, akan ada kerja. Di usia ini meja sekolah akan berubah menjadi meja kerja, teman sepermainan berubah menjadi teman sepekerjaan, dan bolehkah bekerja dengan rambut setengah mohawk (well, ini benar-benar menghantuiku).

Bagiku yang masih suka membaca komik Sinchan sambil bertelanjang dada, menonton siaran kartun tiap minggu pagi, ribut-ribut nggak jelas dengan teman se ganknya, akan berkata, "hah? Sudah waktunya kah?"

Damn right, memang sudah waktunya.

Kini, bayi merah sebotol teh sosro ini sudah besar, 21 tahun kini. Bahagiakah aku? Anehnya... aku malah merasa sedikit galau...

Mungkin hal itu pula yang Sheila on 7 rasakan saat menulis lagu “Jalan Terus”. Lirik lagu sepertinya suara hati mereka untuk melukiskan usia band yang kian bertambah, seiring dengan masalah dan tantangan yang juga bertambah.

Intro "Jalan Terus", by SO7:
Hidup memang tak semudah…
Waktu kita muda dulu…
Panas dingin tak bisa diterka…
Hmm...
Sepertinya ulang tahun yang ceria memang hanya monopoli anak SD.

Akhirnya orang yang bertambah usianya akan menyadari bahwa itu berbanding lurus dengan masalah dan tantangan hidup mereka. Mungkin ini alasan bayi yang baru lahir menangis: mereka harus jadi manusia dan menjalani hidup ini, life for struggle! Anak TK dan SD bisa saja asal berkata mereka akan jadi astronot atau presiden, tapi realita mereka akan semakin ada seiring dengan semakin banyaknya lilin di kue ulang tahunnya. 

Lebih realistis!

Dan lilin di kue ulang tahun ku sekarang 21!
Mari seperti Sheila on 7! Setelah mengeluhkan tentang betapa beratnya hidup di awal lirik lagu buatan mereka diatas, mereka melanjutkannya dengan reff bahwa mereka akan tetap semangat menghadapinya:

reff "Jalan Terus", by SO7:
Tapi apapun yang terjadi…
Akan ku jalani…
Akan ku hadapi…
Dengan segenap hati…

Walau ku terluka…
Memang ku terluka…
Tak pernah ku lari…
DARI SEMUA INI!!!

selamat ulang tahun, Dewa Made Cakrabuana Aristokra...
keep ur smile in ur face!
 :)