Aku jarang menyadur tulisan dari luar,
tapi kalau aku menyadurnya, berarti ia luarbiasa menancap!
Awas, berbeda betul dengan buku pelajaran sejarah sekolahan...


"berusaha dicap diktator"
Selama ini, banyak orang secara sembrono mencap Bung Karno sebagai diktator. Salah satu dalihnya adalah  gelar ‘Presiden Seumur Hidup’ yang disandang oleh Bung Karno. Dengan gelar itu, bagi sebagian orang, Bung Karno sudah bertindak tak ubahnya raja-raja di jaman feodal.

Namun, sebelum ikut-ikutan menghakimi Bung Karno sebagai diktator, ada baiknya kita menelusuri dua hal ini.

Pertama, latar belakang lahirnya gelar Presiden Seumur Hidup itu; siapa pengusulnya, apa motifnya, dan apa respon Bung Karno.

Kedua, seperti apa konteks situasi politik saat itu sehingga Bung Karno menerima gelar itu.

Untuk menjawab yang pertama, saya kira penjelasan AM Hanafie, salah seorang tokoh angkatan 45 (mantan aktivis Menteng 31), dalam bukunya, AM Hanafi Menggugat; Kudeta Jend. Suharto Dari Gestapu Ke Supersemar, sangat membantu. Dalam buku yang terbit tahun 1998 lalu itu nyempil catatan Hanafie mengenai proposal Presiden Seumur Hidup itu.
(... AM Hanafie, AM disini adalah nama pengganti, Anak Marhaen Hanafie. Yeah, ia mengganti namanya agar revolusioner. Hal ini memang jamak kala itu. Salah satunya DN Aidit, selengkapnya ada di tulisan ini. -cakrabuana)

Menurut AM Hanafi, ide untuk menjadikan Bung Karno sebagai Presiden Seumur Hidup berasal dari tokoh-tokoh Angkatan 45, terutama AM Hanafi sendiri dan Chaerul Saleh (Ketua MPRS saat itu). Usul itu kemudian dilempar di Sidang Umum ke-II MPRS di Bandung, Jawa Barat, tahun 1963.
Jadi...

Saat itu kami sedang duduk-duduk di kamarku. Duduk manis selonjoran di depan televisi, di suatu malam.

Kata "kami" disini merujuk pada tiga pemuda Bali yang sedang berdinas di Kota Kupang; aku, Legawa, dan Diantara. Bersama delapan pemuda Bali lain, kami dikirim kesini konon dengan embel-embel yang sok keren:
"demi mengamankan penerimaan negara!"

"daripada planga-plongo ndak jelas membahas mau makan dimana, puter aja film Shinchan ah," begitu aku membatin. "Biar kocak!"

... dan kupilih saja film yang memang belum sempat kutonton: Shinchan - The Adult Empire Strikes Back. Biar suasana jadi hidup, kami perlu hal-hal lucu. Apa yang lebih kocak dari si Nohara Shinosuke? Anak itu belum pernah mengecewakanku dalam urusan pengkaryaan suasana ceria.

Setidaknya sejauh ini belum.