Film: Petualangan Shinchan yang Tak Biasanya

, , No Comments
Jadi...

Saat itu kami sedang duduk-duduk di kamarku. Duduk manis selonjoran di depan televisi, di suatu malam.

Kata "kami" disini merujuk pada tiga pemuda Bali yang sedang berdinas di Kota Kupang; aku, Legawa, dan Diantara. Bersama delapan pemuda Bali lain, kami dikirim kesini konon dengan embel-embel yang sok keren:
"demi mengamankan penerimaan negara!"

"daripada planga-plongo ndak jelas membahas mau makan dimana, puter aja film Shinchan ah," begitu aku membatin. "Biar kocak!"

... dan kupilih saja film yang memang belum sempat kutonton: Shinchan - The Adult Empire Strikes Back. Biar suasana jadi hidup, kami perlu hal-hal lucu. Apa yang lebih kocak dari si Nohara Shinosuke? Anak itu belum pernah mengecewakanku dalam urusan pengkaryaan suasana ceria.

Setidaknya sejauh ini belum.

Akhirnya kami pun menonton bersama.

Ada satu ketika kami dibuat tergelak-gelak sampai memukul-mukul paha sendiri. Ngakak melihat polah Shinchan dan keluarganya. Ada pula ketika yang lain, dimana kami saling diam, memelotori layar, saling mengawang di pikiran masing-masing. Entah apa yang ada di pikiran dua kawanku itu.

"Sampul filmnya... "

Yang jelas, yang ada di pikirku adalah...
....
ahh kawan... sulit kuceritakan. Sulit mencari kata-kata yang pas!

Ada adonan aneh, antara campuran semangat, sedih, senyum, bahkan tawa. Rasa hangat! Mungkin persis seperti yang ayah Shinchan rasakan di film ini. Saat kehidupan masa kecil seperti duduk di boncengan ayahnya untuk pergi memancing, masa-masa awal berangkat ke Kasukabe untuk bekerja, bertemu Misae, hingga kelahiran Shinchan berkelebat menjadi slideshow di kepalanya. Akhirnya rasa hangat yang Nohara rasakan itulah yang mampu mengusir pengaruh si tokoh antagonis.

Nuansa di film Shinchan - The Adult Empire Strikes Back ini kurasa sebagai kerinduan sang penulis komik itu sendiri. Lewat filmnya, ia seolah berpesan,
"Permainan tradisional Jepang yang ku mainkan dulu dengan kawan-kawanku tak ada lagi. Warung-warung, gasing, kesederhanaan hidup, bertetangga, dan segala kehangatan di abad 20, masa ku tumbuh dan berkembang dulu, kini tengah dirindukan kembali oleh generasiku di Jepang. Generasi yang kini menghidupi jaman modern abad 21 yang riuh." 
Hal yang serupa mungkin dirasakan pula oleh banyak orang disini, hingga rasa yang disebut-sebut Generasi90 sempat populer di dunia maya.

Kusingkat saja. Kusimpulkan rasa itu jadi sebuah istilah: humanity.

Yeah, mungkin istilah itulah yang jadi satu-satunya pembeda, yang membuat kita semua, makhluk hewani bernama manusia menjadi manusiawi. Jadi makhluk yang punya rasa hangat, heartwarming.

Tak pernah kukira sebuah sinema petualangan anak kecil konyol berbaju merah itu akan membuatku banyak berpikir.
* * *


Tapi ternyata aku tak sendiri. Ternyata banyak yang merasakan sensasi-sesuatu-yang-beda dari film Sinchan - Adult Srikes Back ini.

Misalnya dari tvtropes.org
"... despite the impression the show, Japanese or otherwise, may give you, it contains one of the most, if not the most, touching moment I've ever seen in any anime. In the movie, The Storm Called: The Adult Empire Strikes Back..."

dari AldyBennet di forum.indogamer.net,
"... ih cuman sampai terharu doang.. tapi kalo ampe keluar air mata sihh.. pas nonton Crayon Shin-chan: The Storm Called: The Adult Empire Strikes Back....~_~' tah kenapa...
Bapaknya inget masa lalu.... dari bapaknya kecil ampe gede.... liat bapaknya berjuang kerja, ketemu Misae nya... naik sepeda bareng... entah kenapa bikin gw sedih en keluar air mata... tapi pas sinchan ngebangunin bapaknya pake kaos kaki, ngakak lagi gw....

Unik!
Komentar yang tidak biasanya, dari sebuah film Shinchan, bukan?
Nah kalau yang ini dari salah seorang kawan yang menonton bersamaku.



Hmm... Shinchan!
Terima kasih, kurasa. Mengingatkanku untuk ingat jadi manusiawi. Dengan cara-caranya sendiri, yang tak terduga, tentunya konyol.

Oiya kawan, 
Bila hendak menonton film ini, jangan sampai melewatkan lagu ending-nya. Lagu itu bagian maha-penting dari film. Ku yakin lirik, nada, dan slide show yang mengiringi disana cukup mampu membuatmu mengambil handphone, lalu menghubungi ibumu. Sekedar menanyakan kabar.
Setidaknya, itu berhasil untukku. :) 



Diketik sambil bergumam,
"pas 12 hari lagi tanggal dua Agustus..."

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar sebagai name/url, dan tulis namamu di sana...