"Thx... PRJ!"
Hai!
Perkenalkan, namaku Dewa Made Cakrabuana Aristokra. Panggil saja aku Dewo, sebagaimana teman-teman sejak TK memanggilku sampai sekarang. Tahu kah kamu, kemarin aku baru saja menonton konser live Superman Is Dead setelah sekian lama?

Sekian lama... ya, lama sekali!
Dan konser kemarin -konser yang kutunggu-tunggu itu- jujur saja agak membuatku sedih. Sedikit sedih di tengah kebanggaan di dada akan kebesaran Superman Is Dead sekarang. Pekan Raya Jakarta jadi saksi pertemuan kami kembali. Bagian menarik dari pertemuan kali ini -entah karena panitianya memang lugu atau bagaimana- mereka menyepanggungkan SID dengan, ehm... Pee Wee Gaskins!!!


Kami pernah berlari bersama...

mengejar mimpi, mengisi emosi masa muda, saling sokong saat tersandung, membuatkan pattern drum untuk lagu kami, berdoa bersama sebelum menghajar panggung Peanut Bar, meyakinkan orang tuanya bahwa ITS dan band adalah hal yang layak diperjuangkan...

dan sekarang,,,, dua anak yang mencoba menjadi berandalan itu sudah dewasa! Kami sudah sama-sama dewasa...
Life must go on... and we will rockin at our fuckin podium as a WINNER of our own life...
thx mate :D 
(a friend of mine....
...Tiger Barker!)



Seorang anak SD diam di depan radio Sony hitam ayahnya. Didengarkannya Radio Glegar Jembrana 100,7 FM yang tepat di jam 8 malam menyajikan lagu-lagu berkualitas nasional ke telinga daerah pelosok barat Bali bernama Jembrana.

Dan, lagu dari grup band Slank berjudul "Salah" memukaunya! Emosi si anak SD itu ditarik lagu berbeat drum konstan ini bertempo sedang ini. Mengaduk-aduk. Sampai di bagian melody, didihan tadi jadi meledak!!! Dan tepat diatas sana berdirilah sang gitaris, dengan enam senar pengaduk hati anak manusianya. Melodi yang dibuat mengiris, berawal sedang semakin meninggi, meninggi, melengking...

Sebuah penggambaran yang heroik :D 
(ini adalah resensi film paling tidak biasa, dan cenderung tidak normal)


Every single musician di bumi ini ingin menyampaikan isi hatinya. Tapi isi hati yang bagaimana yang akan sampai ke hati pendengarnya?

Bung Karno -percaya atau tidak- telah memberi tips mumpuni!

Janganlah menjejalkan ide baru, tapi suarakan apa yang memang ada di hati orang-orangmu. Jadilah penyambung lidah mereka, menyampaikan apa yang mereka enggan tuk rasakan, apalagi ucapkan. Dengan begitu, kau akan hidup di hati mereka. Mereka akan bersorak-sorai saat kau berorasi, dan akan termenung diam merasakan emosi lagu yang menjeritkan isi hati mereka, saat kau bernyanyi.

Jembrana adalah gudangnya musik indie Bali (setelah KUTA tentunya)
Kesannya narsis juga ya, membangga-banggakan kabupaten sendiri, he...
Apa alasannya?!

Pertama, disinilah lahir Eka Rock, penggaruk bass Superman Is Dead. Kedua, disini lahir Negara Rocks Record. Ketiga, Negara Rocks Record ini mengandung berbagai jenis musik. Punk, emocore, metal, rock lawas, rockabilly, bahkan di audisi Negara Rocks 2 telah lolos band bergenre powerpop synth! Sungguh manis, Sementara Pee Wee Gaskins dihujat diluar sana, disini synth dihargai betul, dan aku bangga karenanya.
Yeah!!!
Al Capone
Sebuah judul yang provokatif, tapi ini bukan dalam artian si modern NATO bertemu suku Badui dan berperang, atau bukan pula Al Capone bertemu dengan Laskar Bali.

Lalu siapa bertemu siapa?


Penggemar dan penggiat musik modern, bertemu dengan penjaga tradisi gamelan Bali. Dua genre yang terlalu berbeda, jauh sekali perbedaan antara Beast n The Harlot, dengan -uhm...- Mejangeran!!! Tapi kedua gank ini memiliki satu persamaan, persamaan yang mencari jalan tengah diantara segala perbedaan genre itu menjadi sebuah kekuatan, dengan berbensinkan kreatifitas karena: mereka sama-sama pewaris tradisi tanah ber-bhhinneka nusantara ini!
Anyway...
Thanks God, for Youtube...
Diawali dengan berdiri di tengah pantai, sendiri. Tapi anehnya tak terdengar suara laut atau ombak sedikitpun. Aku berdiri, tanpa senyum, juga tanpa terlihat emosi di bibir, tanpa raut wajah apapun. Kosong saja.

Yang terdengar hanya suara piano tua. Tidak berdenting nyaring bernada tinggi, hanya membuka kunci lebar… Jenggg….. bukan Tinggg… memberi nuansa kosong yang anggun dan pedih, meskipun tanpa satupun kunci minor. Tapi nuansa yang ia berikan berkata: ini bukan keceriaan… 



Suara itu mendengung di kepalaku. ngungg… ngungg… pelan-pelan suara anggun piano yang sepi itu diikuti dengan suara merdu, nyaris seperti suara malaikat…