Sedih & Senyum di Saat Bersamaan #SoTW

, , No Comments

Judul:
Hero

Artis:
Family of The Year

Album:
Loma Vista, 2012

Terdengar Seperti:
Hibrida ilegal antara John Mayer di album Paradise Valley, mix indie akustik, didengarkan oleh koboy putus cinta sembari berkuda di suatu ranch

Tingkat Nyleneh:
Pernah dengar drummermemukul snare drum pakai tangan? Persis kendang kempul di orkes dangdut?

Cocok Didengarkan Saat:
Sore terakhir sebelum SkyNet berhasil meluncurkan nuklir. Sembari minum teh, kita akan mengingat kembali semua dosa dan pencapaian hidup, sebelum akhirnya beranjak dari kursi, dan menyambut kiamat dengan tangan terbuka!
*  *  * 

Hai!

Berjumpa dengan lagu itu kadang sejenis pengalaman spiritual. Susah diceritakan, sulit dicari padanannya. Karena, sifatnya amat personal.

Personal itu maksudnya gini.

Sering, kita mendadak ketemu lagu yang keren, sampai spontan mengutuk dalam hati: "holyshit!!! ini lagu gue banget!" Kemudian, dengan semangat '45, kita sodorkan lagu itu ke seorang sahabat. "Bro, coba deh dengerin lagu ini..." Niat luhur, untuk berbagi pengalaman menakjubkan.

Tapi -duh Gusti- coba bayangkan tanggapan sahabat ternyata biasa aja. Malah mukanya lempeng. Nah, keadaan jadi garing dan memalukan. Sering begitu kan? Sebenarnya itu adalah bukti otentik, bahwa lagu dan pendengarnya punya koneksi yang unik. Beda hati, beda gendang telinga, akan beda pula sensasi lagu di tiap orang.

Ini cerita tentang sebuah lagu. Niatnya, kelak tulisan bertema Song of The Week macem ini bakal mengulas lagu yang tiba-tiba menghantuiku.

Yuk, lanjut!
*  *  *

Senin, 29 Juli 2019. 14:45 WITA

Aku sedang ada dalam mobil pelat merah yang melaju, membelah hutan alami khas pedalaman. Baru saja aku selesai melakukan tugas kantor, untuk mengunjungi suatu kota di sudut pulau bunga: Flores. Ngantuk. Berkali-kali aku tertidur.

Dicky, sang pengendara mem-pairing iPhone-nya ke perangkat audio mobil. Kita biasanya selalu punya seorang teman, yang memutarkan lagu seenak-udelnya sepanjang perjalanan. Sosok kurang ajar macem itu biasanya aku, namun kali ini Dicky lebih cekatan.

Kemudian ia menyiarkan lagu-lagu Top 40 yang artisnya entah siapa. Terserahlah. Sebagai generasi yang playlist-nya stuck  di 90'an akhir, kala Travis dan JRX menguasai radio, musik kekinian macem Ariana Grande tentu obat kantuk mustajab.

Tapi, ada satu lagu yang membuatku bangun.
Kok alunannya enak!
Lagu apakah gerangan?

"Siapa yang nyanyi itu tadi, Dick?"
"Oh, anu Bli. Family of The Year..."  sahut Dicky sekenanya, sembari fokus mengemudi.
"Judulnya apa?"
"Aduh, apa ya, Bli.... beta lupa..."

Ya sudah. Kubuka Spotify. Cari: Family of The Year... Ketemu! Ada juga band bernama nyleneh begini. Berhubung belum tahu lagu yang mana, kulihat saja list terpopuler mereka.

Dan aku cekikikan. Coba lihat sendiri:



Lagu paling wahid, Hero, ternyata didengarkan umat Spotify sebanyak dua ratusan juta kali. Sementara lagu kedua terpopuler hanya... enam jutaan! Jomplang betul, seperti tingkat kesejahteraan ekonomi di Indonesia. Jelas, kupilih tembang dua ratus juta.

Hmm... benar saja. Itu dia lagu yang tadi diputar Dicky.

Ini lagunya.


Judulnya "Hero".
Lagunya bernuansa akustik, akrab di telinga anak indie kekinian. Diawali petikan gitar sepi, kemudian satu persatu instrumen masuk. Snare drum yang dipukul tangan (!!!) dahulu, bass masuk, hingga drum di akhir. Mendadak lagu sepi ini jadi ramai nan semangat. Ingat Fix You?

Aku bukan tipe  yang peduli pada lirik. Entah liriknya bercerita tentang apa. Aku lebih terpikat pada rasa, sensasi yang kudapat kala menikmati suatu lagu.

Ada progresi chord yang jadi kelemahanku di Hero. Tiap ada lagu dengan chord ini, biasanya lagunya akan kusukai. Nada ke enam dan ke tiga dalam doremifasol, alias Si - Mi.

Bingung?
Sederhananya begini, kalau gitar main G, saat do=G mayor, maka chord ini adalah Em - Bm. Lagu sekelas "Heal The World", "Risalah Hati", "The Opening"-nya Superman Is Dead, hingga "Memories" OST One Piece memakai formula ajaib Em-Bm ini.

Selain progresinya seru, bangunan irama lagu Hero juga menggelitik. Ala-ala cowboy kesepian. Ada rasa country "Dear Marry"-nya John Mayer, juga "Sightlines"-nya Rogue Wave yang jadi OST Spiderman era Tobey. Rasa banjo dan bas yang statis, satu-satu, membuat lagu ini makin unik.

Awal slow, cenderung tenang, lalu memuncak hingga akhir. Seformula dengan Fix You: semangat nan lepas.

Lalu, dari segi bar. Nah ini menggelitik. Lagu "Hero" ini cenderung tak pas di delapan ketukan. Kadang lebih, kadang kurang. Itu yang membuatnya akan sulit untuk dihapal. Tapi yah... emang begitu. Seperti Dream Theater, yang ketukannya nyleneh-nyleneh malah bisa berkesan bagi pendengar, dengan catatan pasar bisa menerima.

Makhluk bernama seniman memang nyeni. Saat mereka sudah biasa nyeni dengan kata dan lirik, mereka akan mencoba nyeni dengan nada. Puas dengan nada, mereka akan nyeni dengan aransemen. Puas dengan aransemen aneh, mereka akan bereksperiman di ketukan. Layaknya saja Sheila on 7 di album Pejantan Tangguh, terutama lagu Briliant 3X yang penuh petualangan musikal.

Bedanya, eksperimen Family of The Year di lagu Hero ini sukses di pasaran, Dream Theater juga sukses dengan nyleneh-nya, namun pasar kurang sreg pada album Pejantan Tangguh (tapi percayalah, Pejantan Tangguh dan Briliant 3x adalah favoritku sampai liang kubur). Fuck You, Pasar!

Dari semua hal-hal tentang lagu Hero ini, kurangkum jadi satu:
Langgam ini enak didengarkan saat suasana sedih karena ia menjadikannya bahagia. Merenung, diubahnya jadi semangat. Haru, didorongnya jadi harap. Lagu ini seperti sebuah perjalanan yang menyenangkan dan mendewasakan. Indah.
Monggo nikmati...



seri #SoTW alias Song of The Week,
rencananya jadi rubrik rutin
kalau ketemu lagu seru

.... rencananya...

0 komentar:

Posting Komentar

Tinggalkan komentar sebagai name/url, dan tulis namamu di sana...